Kelam
Sangat sulit mengontrol jiwa ini kala kebimbangan terus saja menghampiri. Jantung terus berdegub kencang tiap kali memikirkan sesuatu, apapun itu. Jiwa terasa sepi sekalipun berada dikeramaiannya kota Banda Aceh ini. Aku terus berpikir kencang, mencari tau sebab semua ini. Namun, tetap saja sehebat apapun aku memaksimalkan energi dan mengoptimalkan saraf ku untuk memberikan perintah kepada otakku agar mencari tahu sebab sindroma ini, tetap saja belum kudapatkan jawaban yang pasti.
Seiring berjalannya waktu, aku terus mengaitkan segala sesuatu yang mungkin saja dapat menjadi penyebab lemahnya jiwa ini, mulai dari finansial, teman, kegiatan dikmpus dan tentu saja wanita. Sekalipun aku terus mengaitkan segala sesuatu yang mungkin saja dapat menjadi sebab aku seperti ini seperti hal-hal yang ku paparkan diatas tetap saja semua hal itu tidak memberikan jawaban yang pasti atau dapat dikatakan kalau semua hal yang mungkin menjadi sebab yang telah kupaparkan tadi semuanya negative.
Sampai saat ini, sampai kalimat ini aku tulis, tetap saja aku masih terus dihantui akan perasaan aneh yang aku sendiri pun sulit sekali menggambarkannya lewat kalimat yang aku tulis ini. Aku teringat akan perkataan seseorang mengenai kondisiku saat ini, kira-kira seperti ini yang dikatakannya ,"kamu itu masih labil, jadi fokuslah terhadap satu hal saja". Kata-kata masih labil disini awalnya aku sangat memberontak dan menolak dengan sangat keras akan apa yang dia ucapkan tersebut. Aku merasa bukan lagi remaja yang beranjak dewasa, aku sudah dewasa dan aku sudah begitu banyak sekali melewati hal-hal yang menuju ke tahap proses pendewasaan. Aku akan sedikit menggambarkan sosok orang yang mengatakan hal tersebut kepada ku, dia bukan orang tua ku atau kakak-kakak ku, dia adalah seorang teman, sahabat yang amat sangat aku sayangi dan begitu pula dirinya. Aku sudah mengenal dia sejak lama dan dia juga sudah begitu banyak mengetahui akan perangai ku. Jadi aku rasa dia mengatakan hal tersebut pasti mengetahui maksudnya.
Sejak sindroma ini terus saja menggerogoti jiwa ku, aku terus mencari tahu apa penyebabnya, dan aku terus mengaitkan hal-hal yang mungkin saja dapat menjadi penyebab akan hal ini terutama perkataan sahabatku tadi.Dan yang menjadi pertanyaan saat ini, mungkinkah aku ini masih Labil? Dengan sederat pengalaman hidup yang kupunya mungkinkah aku ini masih Labil? Aku juga belum bisa mengetahui apakah benar pernyataan tersebut. Namun satu hal yang mungkin terjadi kepada ku ialah, aku akan mati secara perlahan-lahan dan tenggelam didalam kehampaan jiwa ini. Lebih baik rasanya cedera fisik dibandingkan rusaknya jiwa ini. Lebih baik rasanya ditinggalkan akan harta kekayaan dibandingkan kelamnya perasaan ini. Lebih indah rasanya kehilangan cinta dari seorang wanita dibandingkan kehilangan jati diri seperti ini, Upssss, tapi kecuali untuk Satu orang yang Spesial ya.
Next Level
Hari terus silih berganti, mentari terbit dan tenggelam seperti hari-hari biasanya. Burung berkicau layaknya kebiasaan rutinitas dirinya dipagi hari. Angin berhembus mesra membelai anggunnya dedaunan hijau dipagi hari. Lalu lalang kenderaan menambah ramainya kota Banda Aceh ditambah desingan mesin-mesin yang sedang beroperasi disebuah proyek pembangunan jalan.
Mungkin bagi sebagian orang ini merupakan suatu hal yang mereka rasakan, mereka lihat, dan mereka dengar, namun tidak untukku.
Aku melihat segala sesuatu yang ada didepan wajahku dengan tatapan yang dalam, lebih lama dari biasanya namu tatapan ku ini hanyalah tatapan kosong, tiada makna didalamnya. Kemudian segala sesuatu yang coba kudengar, seperti indahnya lantunan ayu dari seekor burung yang biasanya menjadi suatu hiburan tersendiri untukku kini berubah menjadi sesuatu yang kuanggap tiada bermakna dan hanya dapat mengganggu pendengaranku saja. Lalu, indahnya sentuhan mesra dari angin pagi kini terasa bagai tamparan yang amat sangat pedih bagiku, dan ketika kebiasaan ku duduk dibawah pepohonan di pagi hari dan kala indahnya tetesan embun yang menetes dikeningku yang biasanya aku begitu menikmati hal tersebut dan aku sangat senang akan itu,kini aku seakan lupa akan indahnya kenikmatan dari tetesan embun pagi itu.
Hingga hari ini aku terus mencari dan terus mencari dimana letak kealahan dalam diriku hingga aku menjadi seperti saat ini, hingga aku menjadi orang yang seakan lupa siapa dirinya dan seakan seperti orang yang kehilangan jiwanya. Kata-kata jiwa disini mungkin agak berlebihan namun itu lah yang coba kugambarkan saat ini mengenai kondisiku.
Aku sudah beberapa kali mencoba untuk bangkit namun tetap saja masih belum bisa. Aku sudah mencoba mencari-cari motivasi untukku agar dapat bangkit namun masih nihil. Aku juga sudah beberapa kali mencoba menghubungi sesosok yang menjadi motivatorku selama ini, namun mungkin dikarenakan beliau sedang sibuk jadi beliau belum bisa menyempatkan dirinya unrtuk mendengarkan keluh kesahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar